Jenis-jenis ikan lele budidaya
Ikan lele memiliki jenis yang beragam. Di Asia Tenggara saja
setidaknya terdapat 20 jenis ikan lele. Namun tidak semuanya cocok
dibudidayakan.
Ikan lele (Clarias Sp.) banyak tersebar di perairan
Asia dan Afrika. Jenis ikan lele sangat banyak, tidak semua ikan lele cocok
untuk dibudidayakan dan dikonsumsi. Hanya dari jenis-jenis tertentu saja yang
bisa dibudidayakan untuk tujuan konsumsi.
Jenis-jenis ikan lele yang dibudidayakan biasanya
memiliki sifat unggul seperti pertumbuhan cepat dan tahan terhadap penyakit.
Selain itu, ia harus bisa tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang mempunyai
kepadatan tinggi dan kondisi air minim.
Ikan lele banyak hidup di perairan air tawar hingga air
payau. Beberepa peternak lele di Pantura Jawa berhasil membudidayakan ikan lele
di tambak bekas bandeng dan udang. Pada dasarnya, ikan lele hidup secara nocturnal,
aktif bergerak di malam hari. Di perairan bebas lele berada di tempat-tempat
air tergenang yang cenderung tenang seperti rawa, danau dan daerah sungai yang
agak terlindung. Biasanya ikan ini memilih tempat-tempat yang teduh dan membuat
lubang-lubang ditanah.
Ikan lele termasuk pada jenis ikan karnivora atau pemakan
daging. Di alam ikan ini menyantap cacing, kutu, larva serangga dan siput air.
Pada keadaan tertentu ia bisa memangsa sesamanya alias kanibal. Biasanya,
ikan lele menjadi kanibal karena tak ada makanan lain dan faktor perbedaan
ukuran. Lele yang lebih besar akan memangsa kawanan yang lebih kecil.
Ikan lele berkembang biak dengan telur, dan telurnya dibuahi
secara eksternal. Musim perkembangbiakan lele secara massal terjadi diawal
musim hujan. Dibeberapa kasus masih membiak sepanjang musim hujan. Ikan lele
memijah didorong oleh faktor kelimpahan air dan kualitas air, dimana pada musim
hujan air cukup banyak dan kualitasnya lebih baik. Lele juga memijah ketika ada
rangasangan berupa bau tanah. Tanah yang terjemur kemudian terendam air akan
mengeluarkan bau khas yang merangsang ikan memijah. Kondisi ini biasanya
terjadi saat hujan tiba.
Di Indonesia, setidaknya terdapat dua spesies ikan lele yang
biasa dibudidayakan masyarakat. Yaitu spesies Clarias Batrachus dan Clarias
Gariepinus. Dari dua spesies ini, ada beberapa ikan lele yang dikategorikan
unggul yaitu lele dumbo, lele sangkuriang dan lele phyton. Setiap jenis ikan
lele tersebut memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Berikut
penjelasan dari jenis-jenis ikan lele budidaya di Indonesia.
1. Ikan lele lokal
Ikan lele lokal memiliki nama latin Clarias Batrachus,
merupakan jenis ikan lele yang dikenal luas di masyarakat. Sebelum lele dumbo
diperkenalkan di Indonesia, para peternak biasa membudidayakan ikan lele jenis
ini. Namun saat ini sangat jarang peternak yang membudidayakan jenis lele lokal
karena dipandang kurang menguntungkan. Lele lokal memiliki Food Convertion
Ratio (FCR) yang tinggi, artinya rasio pakan yang diberikan terhadap berat
daging yang dihasilkan tinggi. Perlu lebih dari satu kilogram pakan untuk
menghasilkan satu kilogram daging dalam satu siklus budidaya. Selain itu,
pertumbuhan lele lokal terbilang sangat lambat. Lele lokal yang berumur satu
tahun masih kalah besar dengan lele dumbo berumur 2 bulan!
Terdapat tiga jenis lele lokal yang ada di Indonesia, yaitu
lele hitam, lele putih atau belang putih dan lele merah. Diantara ketiga jenis
lele itu, lele hitam paling banyak dibudidayakan untuk konsumsi. Sedangkan lele
putih dan merah lebih banyak dibudidayakan sebagai ikan hias. Lele lokal
memiliki patil yang tajam dan berbisa, terutama pada lele muda. Apabila
menyengat, racun yang terdapat pada patil bisa membunuh mangsanya dan bagi
manusia bisa membuat bengkak dan demam.
2. Ikan lele dumbo
Ikan lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia dari
Taiwan pada tahun 1985. Ikan ini menjadi favorit dikalangan peternak karena
pertumbuhannya yang cepat dan badannya yang bongsor dibandingkan dengan lele
lokal. Sebagai perbandingan, lele dumbo berumur 2 bulan besar badannya bisa dua
kali lipat dibanding lele lokal berumur satu tahun.
Menurut keterangan eksportirnya, lele dumbo merupakan hasil
perkawinan antara Ikan lele asal Taiwan Clarias Fuscus dengan ikan lele
asal Afrika Clarias Mosambicus. Namun keterangan lain menyebutkan lele
dumbo lebih mirip dengan Clarius Gariepinus yang hidup di perairan Kenya,
Afrika. Banyak literatur yang menggolongkan lele dumbo kedalam jenis yang
kedua, termasuk artikel ini. Untuk pastinya, perlu penelaahan lebih lanjut
dalam mengungkap asal-usul lele dumbo.
Dari sisi fisik, ikan lele dumbo bisa dibedakan dengan lele
lokal dari warnanya yang hitam kehijauan. Lele dumbo juga akan bereaksi ketika
terkejut atau stres, kulitnya berubah menjadi bercak-bercak hitam atau putih
dan kemudian akan berangsur-angsur kembali ke warna awal. Lele dumbo memiliki
patil seperti lele lokal, namun patilnya tidak mengeluarkan racun. Lele dumbo
juga cocok dipelihara di kolam tanah karena tidak mempunyai kebiasaan membuat
lubang. Secara umum, lele dumbo bisa tumbuh lebih cepat, lebih besar dan lebih
tahan terhadap penyakit dibanding lele lokal. Namun dari sisi rasa, daging lele
dumbo lebih lebih lembek. Sebagian orang menganggap daging ikan lele lokal
lebih enak rasanya dibanding lele dumbo.
3. Ikan lele
sangkuriang
Ikan lele sangkuriang resmi dilepas oleh Departemen Kelautan
dan Perikanan pada tahun 2004. Penelitian ikan lele sangkuriang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPAT)
Sukabumi sejak tahun 2002. Penelitian ini berawal dari kekhawatiran para
peternak dengan menurunnya kualitas lele dumbo yang beredar di masyarakat.
Penurunan disebabkan oleh kesalahan dalam menghasilkan benih dan penyilangan
yang terjadi secara terus menerus. Hingga akhirnya diupayakan untuk
mengembalikan sifat-sifat unggulnya dengan cara persilangan balik (back
cross).
Ikan lele sangkuriang dihasilkan dari indukan betina lele
dumbo generasi ke-2 atau F2 dan lele dumbo jantan F6. Induk betina merupakan
koleksi BBPAT, keturunan F2 dari lele dumbo yang pertama kali didatangkan pada
tahun 1985. Sedangkan indukan jantan merupakan keturunan F6 dari keturunan
induk betina F2 itu. Penamaan Sangkuriang diambil dari cerita rakyat Jawa Barat
tentang seorang anak yang bernama Sangkuriang yang mengawini ibunya sendiri.
Sama seperti yang dilakukan BBPAT yang mengawinkan lele jantan F6 dengan
induknya sendiri lele betina F2.
Dari hasil perkawinan ini ternyata didapatkan sifat-sifat
unggul seperti kemampuan bertelur hingga 40.000-60.000 butir per sekali
pemijahan. Jauh berbeda dengan kemampuan bertelur ikan lele lokal yang berkisar
1.000-4.000 butir. Lele Sangkuriang juga lebih tahan terhadap penyakit, dapat
dipelihara di air minim, dan kualitas daging yang lebih baik.
Hanya saja kelemahannya, peternak tidak bisa membenihkan lele
Sangkuriang dari induk lele Sangkuriang. Apabila ikan lele Sangkuriang
dibenihkan lagi, kualitasnya akan turun. Jadi pembenihan lele Sangkuriang harus
dilakukan dengan persilangan balik.
Saat ini BBPAT sedang menggodok varian baru lele Sangkuriang,
yaitu ikan lele Sangkuriang II. Jenis ini merupakan perbaikan dari Sangkuriang
I. Ikan lele ini persilangan antara indukan jantan F6 Sangkuriang I dengan
indukan betina F2 lele dari Afrika. Indukan lele Afrika dipilih karena
ukurannya yang besar, bisa sampai 7 kilogram. Hal ini dipandang bisa
memperbaiki sifat genetis lele Sangkuriang. Berdasarkan pemulianya, yaitu
BBPAT, ikan lele Sangkuriang II pertumbuhannya lebih besar 10 persen ketimbang
Sangkuriang dan bobotnya pun lebih bongsor.
Ikan lele sangkuriang II belum dilepas secara bebas. Pihak
BBPAT masih melakukan uji multilokasi di daerah Bogor (Jawa Barat), Gunung
Kidul (Yogyakarta), Kepanjen (Jawa Timur) dan Boyolali (Jawa
Tengah). Daerah tersebut memang dikenal sebagai sentra-sentra produksi lele
nasional.
4. Ikan lele phyton
Berbeda dengan varietas unggul lainnya yang biasanya
ditemukan oleh para peneliti, ikan lele phyton ditemukan oleh para peternak
ikan lele di Kabupaten Pandeglang, Banten, pada tahun 2004. Ikan lele phyton
merupakan hasil dari silangan induk lele eks Thailand F2 dengan induk lele
lokal. Sayangnya tidak diketahui apa spesies dari indukannya dan dari generasi
keberapa indukan ikan lele lokalnya berasal. Menurut para penemunya, indukan
didapat dari ikan lele lokal yang banyak dibudidayakan masyarakat setempat
secara turun temurun. Tapi berdasarkan beberapa literatur, lele phyton berasal
dari induk betina lele eks Thailand F2 dengan induk jantan lele dumbo F6.
Ikan lele phyton mempunyai ketahanan terhadap cuaca dingin,
tingkat kelangsungan hidup (survival rate) lebih dari 90%. Sementara
itu, FCR mencapai 1, artinya satu kilogram pakan menjadi satu kilogram daging
dihitung mulai benih ditebar sampai panen dengan siklus pemeliharaan selama 50
hari.
Pada awalnya proyek Ikan lele phyton ini dilakukan untuk
menjawab keluhan para peternak lele di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang.
Mereka sering mengalami kerugian karena tingkat mortalitas yang tinggi dari
benih lele yang dibeli dipasaran, seperti lele dumbo. Benih lele tersebut
rupanya tidak cocok dibudidayakan di Desa Banyumundu yang beriklim dingin, pada
malam hari berkisar 17 derajat celcius. Dengan metode try and error
selama lebih dari 2 tahun akhirnya mereka menemukan varietas lele yang kemudian
dinamakan Ikan lele phyton. Kualitas lele phyton ini juga diakui oleh Dinas
Perikanan Budidaya Provinsi Banten.
Sesuai dengan namanya, lele phyton memiliki bentuk kepala
seperti ular phyton. Gerakannya lebih lincah dari lele dumbo dan rasa dagingnya
lebih gurih, tidak lembek. Dari segi rasa, lele phyton lebih mendekati lele
lokal.Panduan Cara Ternak Ikan Lele atau Budidaya Ikan Lele
A. Lokasi dan media untuk budidaya
ikan lele
- Ketinggian lokasi untuk budidaya ikan lele didaerah dataran rendah hingga dataran tinggi (sekitar 700 m dpl). Sedangkan suhu ideal untuk kehidupan ikan lele antara 25-28°C.
- Untuk pertumbuhan larva antara 26-30°C.
- Pada masa pemijahan antara 24-28°C, dan untuk tingkat keasaman (pH) air kolam berkisar 6,5-9.
- Adapun tingkat kesadahan (derajat butiran kasac) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm.
- Kekeruhan air (turbidity) yang akan disebabkan oleh lumpur antara 30-60 cm, untuk mengukurnya bisa mnggunakan alat yang disebut sicchi disk.
- Kemudian kadar oksigen (O2) untuk ikan lele dewasa 0,3 ppm sampai jenuh untuk burayak/anak lele. Kandungan CO2 harus kurang dari 12,8 mg/liter pada suhu perairan 25°C dan ammonium terikat 147,29-157,56 mg/l.
Walaupun ikan lele termasuk
ikan yang dapat beradaptasi dilingkungan kondisi air minim, kualitas jelek,
keruh, kotor serta sedikit oksigen, namun untuk menjaga kualitas ikan
lele dan hasil budidaya yang maksimal sebaiknya air
kolam untuk pemeliharaan sebaiknya tidak tercemari oleh limbah yang berbahaya.
B. Pembibitan ikan lele
Dalam menjalankan budidaya,
tahap pembibitan sangat penting dan harus dipersiapkan dengan baik.
1. Penyiapan induk lele
Ciri-ciri induk jantan dan induk
betina
Lele jantan ciri-cirinya:
- Ukuran kepala lebih kecil
- Warna kulit dada atau dasar badan lebih gelap dibanding induk betina
- Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol (meruncing) memenjang ke arah belakang. Terletak dibelakang anus dan berwarna kemerahan
- Gerakannya lincah
- Tulang kepala pendek dan agak gepeng/pipih(depress)
- Perut lebih langsing
- Jika bagian perut di-stripping secara manual dari perut ke arah ekor, akan keluar cairan putih kental (spermatozoa;mani)
- Kulit lebih halus dibandingkan induk lele betina.
Lele betina cirri-cirinya:
- Ukuran kepala lebih besar
- Warna kulit dada atau dasar badan agak terang
- Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar, dan terletak di belakang anus
- Gerakannya lamban
- Tulang kepala pendek dan agak cembung
- Perut gembung dan lunak
- Jika bagian perut di-stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor, akan keluar cairan kekuning-kuningan (ovum/telur)
- Kulitnya lebih kasar dibandingkan lele jantan
Induk lele yang
dipilih harus cukup umur. Lele lokal mulai dewasa saat berumur
6-8 bulan. Pada umur ini, bobot badan lele lokal mencapai 100
g. Untuk lele dumbo mencapai dua atau tiga kalinya (200-300g).
Artinya, pada umur ini induk lele sudah dapat bertelur. Selain
itu, pilih induk yang memiliki panjang badan sekitar 20-50 cm.
Untuk budidaya, induk lele hendaknya
berasal dari hasil budidaya yang telah terbiasa dengan
kehidupan kolam.
2. Persiapan kolam pemijahan
Bagian dasar dan dinding kolam
sebaiknya dibuat permanen. Jika tidak memungkinkan, pemijahan danpemeliharaan
lele dapat dilakukan dikolam tanah atau kolam berdinding dengan dasar
tanah. Kemiringan tanah dasar kolam dibuat sekitar 5-10 derajat.
Kolam pemijahan terdiri dari dua
bagian utama, yaitu bagian dangkal (70%) dan kubangan (30%). Bagian kubangan
dibuat dibagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm. Kubangan ini berfungsi
sebagai tempat berlindungnya induk ketika kolam disurutkan.
Dalam pemijahan lele,
pada sisi-sisi kolam perlu disiapkan sarang peneluran. Bagian dalam bak
pemijahan perlu dilengkapi sarang berupa kotak kayu tanpa dasar berukuran (25 x
40 x 30) cm sebagai sarang pemijahan.
Bagian atas kotak sarang diberi
lubang dan tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang. Sementara itu, bagian
depan kotak sarang sedikit gelap. Sarang juga perlu diberi ijuk dan kerikil
sebagai media menempatkan telur hasil pemijahan.
Selain dari kotak kayu, sarang
pemijahan juga dapat dibuat dari tumpukkan batu bara, ember plastic, atau
batang bekas lainnya. Sebelum digunakan, kotak sarang harus berada dalam
kondisi higienis. Oleh karena itu, bersihkan sarang dengan mencucinya
menggunakan air, lalu bilas dengan formalin 40% atau KMnO4, kemudian bilas
dengan air bersih dan keringkan.
3. Pemijahan
Pemijahan dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu pemijahan alami dan pemijahan buatan (suntik/hipofisasi).
Dalam proses pemijahan alami ini ada
dua cara yaitu, Pemijahan berpasangan dan Pemijahan massal, namun dicatan ini
saya akan menginformasikan hanya pemijahan berpasangan saja.
Lele memijah
sepenjang tahun. Pemijahan paling banyak terjadi bersamaan dengan datangnya
musim penghujan, sepenjang musim hujan hingga peralihan musim kemarau.
Sepanjang hidupnya, induk lele budidaya mampu memijah hingga
15 kali. Induk lele yang dipelihara dengan baik akan bertelur
setiap 2-3 bulan sekali dan akan terus bertelur hingga berumur 5 tahun.
Selama 10 hari, terhitung dari sejak
induk dimasukkan ke kolam pemijahan, ketinggian air kolam yang dimasukkan hanya
sebatas permukaan kubangan (30-60Cm). pada hari ke 10-20, air kolam dinaikkan
sampai 10-15 cm (hingga menutup sarang peneluran), dan pemberian pakan
dihentikan.
Denagn perlakuan ini, dalam waktu 10
hari berikutnya induk akan memijah dan bertelur dalam sarang yang tersedia.
Lebih kurang 24 jam berikutnya, telur akan menetas, burayak bisa tetap berada
dalam pengasuhan induk atau dipelihara terpisah dalam kolam ipukan (kolam
pendederan).
Pemijahan berpasangan
Pemijahan secara berpasangan tidak
jauh berbeda dengan pemijahan alami. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran
kolam pemijahan yang dibutuhkan. Bak atau kolam pemijahan secara berpasangan
dapat dibuat dari semen atau teraso dengan ukuran 1m x 1 m atau 1m x 2 m.
Sebagai tempat memijah, kolam perlu dilengkapi sarang pemijahan pada bagian
dalamnya.
Setelah kolam pemijahan siap,
tebarkan sepasang induk dalam bak yang telah diisi air setinggi sekitar 25 cm.
Kondisi air sebaiknya mengalir dan penebaran sebaiknya dilakukan pada pukul
14.00-16.00. Biarkan induk selama 5-10 hari dan berikan pakan secara intensif.
Memasuki hari 10 hari, sepasang induk ini biasanya telah berpijah, bertelur,
dan menetaskan telurnya dalam waktu 24 jam. Telur-telur yang baik adalah yang
berwarna kuning cerah.
Anak-anak lele yang telah menetas
dan masih kecil (stadium larva) dapat diberi pakan alami beruapa kutu air atau
jentik-jentik nyamuk. Setelah ukurannya bertambah besar. Anak lele dapat
diberi cacing dan kuning telur rebus.
4. Penetasan
Penetasan telur dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
- Ditetaskan dikolam ipukan/pendederan
- Dibiarkan menetas secara alami disarang yang terdapat pada kolam pemijahan.
Cara 1
Terdapat langkah-langkah yang
ditempuh jika telur dipelihara dalam kolam ipukan (kolam pendederan), yaitu:
- Segera keluarkan telur begitu pemijahan selesai.
- Pelihara secara intensif telur-telur tersebut dalam kolam ipukan (kolam pendederan).
- Pertumbuhan larva membutuhkan suhu air kolam antara 26-30°C.
Cara 2
Jika dibiarkan berada dalam asuhan
induknya, biarkan telur menetas dan pemisahan burayak dengan induk dilakukan
secara bertahap.
Adapun pemisahan induk dan burayak
dilakukan dengan tahapan berikut.
- Saat benih berumur seminggu, segera pisahkan induk betina dari kolam dan biarkan pejantan tinggal di kolam menjaga anak-anaknya.
- Setelah berumur 2 minggu, pisahkan anakan dari induk jantan. Selanjutnya, keluarkan anakan lele dari sarang dan pindahkan ke kolam ipukan (pendederan).
Untuk mengumpulkan burayak, terlebih
dahulu air kolam disurutkan hingga sebatas kubangan. Selanjutnya, benih
dialirkan melalui pipa pengeluaran dan burayak lele yang sudah
dipindahkan ke kolam pendederan dapat dipelihara secara intensif.
C. Pembesaran Benih
Setelah menetas, benih hasil
pemijahan perlu mendapat perhatian ekstra dan pemeliharaan intensif.
Pemeliharaan intensif ini diharapkan mampu menekan angka kematian benih
dan membuat pertumbuhan benih menjadi lebih pesat.
Pemberian pakan
- Pada hari ke-1 sampai ke 3, benih lele tidak perlu diberi pakan tambahan karena masih memiliki kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
- Hari ke-4 hingga akhir minggu ke-2, benih diberi zooplankton, yaitu daphnia dan artemia yang mengandung protein 60%. Dosisnya 70% kali biomassa setiap hari. Dua jenis pakan alami ini diberikan 4 kali sehari. Pakan ditebar di sekitar tempat pemasukan air (inlet).
- Kira-kira 2-3 hari menjelang pemberian pakan zooolankton berakhir, benih lele sedikit demi sedikit dikenalkan dengan pakan berbentuk tepung yang mengandung protein 50%. Pakan tepung tersebut dapat berupa campuran kuning telur, tepung udang, serta sedikit bubur nestum. Untuk membiasakan pada pakan baru tersebut, pakan bentuk tepung diberikan sekitar 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton.
- Minggu ketiga, pakan tepung diberikan sebanyak 43% kali biomassa setiap hari.
- Minggu keempat, pakan tepung diberikan sebanyak 32% kali biomassa setiap hari.
- Minggu kelima, pakan tepung dberikan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
- Minggu keenam, benih diberi pakan berupa pellet apung.
Pendederan dan pembesaran
Pemeliharaan benih lele dilakukan
di kolam ipukan (pendederan) dengan melalui tiga tahapan pendederan, yaitu
pendederan 1, 2, 3.
kolam pendederan 1 digunakan untuk
merawat benih hingga ukurannya mencapai sekitar 1-3 cm. kepadatan kolam
pendederan untuk benih seukuran ini antara 60-100 ekor/m².
Selanjutnya, benih ukuran 3 cm ini
dipelihara lebih lanjut pada kolam ipukan 2 hingga usianya mencapai 21-30 hari
dan panjangnya sekitar 5-6 cm. Benih seukuran ini dapat dipelihara kembali
dalam kolam ipukan 3 atau bisa juga dijual sebagai benih.
Selepas dipelihara dalam kolam
ipukan (kolam pendederan) 3 hingga umurnya menginjak 35-45 hari, panjang badan lele telah
mencapai 10-15 cm. Benih seukuran ini akan cepat besar apabila dipelihara dalam
kolam pembesaran.
Cara Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal
Langkah budidaya ikan lele di
kolam terpal nyaris sama juga dengan membudidayakan lele di kolam tanah,
perbedaan cuma terdapat pada media serta tehnik pemupukan kolam lele. Kolam lele yang terbaik yaitu kolam yang sesuai
antara lebar kolam dengan populasi bibit lele yang
ditebar. Standart kemampuan kolam lele yaitu 100 ekor/m3 (1 meter panjang x 1 m
lebar x 1 m tinggi air). Seluruhnya type lele (sangkuriang, dumbo serta yang
lain) bisa dipelihara di kolam terpal.
Keunggulan pelihara
ikan lele di kolam terpal diantaranya :
·
Terpal mudah
didapatkan, dan harganya cukup murah
·
Kontaminasi dengan
tanah yang tidak diketahui kualitasnya dapat dihindari.
·
Kontrol air mudah
diatur baik dari segi kualitas maupun kuantitas air
·
Meminimalisir hama
yang sering terdapat di permukaan tanah seperti berang-berang dan sejenis
bakteri.
·
Praktis dalam
pemanenan lele.
Pada mulanya kita
mesti bikin rencana khususnya tentang jumlah bibit lele yang bakal kita tebar,
hal semacam ini untuk sesuaikan luas kolam yang bakal kita buat. Janganlah
bikin kolam ikan lele terlampau besar maupun terlampau kecil. Sesudah kita
meyakinkan jumlah ikan lele yang bakal kita rawat kita telah dapat bikin kolam
terpal dengan perosedur tersebut.
Pertama gali tanah
setinggi 1,5 m dengan luas 1 m untuk 100 ekor lele. Sesudah tanah itu digali
tekan-tekan permukaan galian sampai rata, jauhkan kerikil, bebatuan serta benda
keras yang lain dari permukaan galian kolam tanah. Semprot galian tanah itu
dengan disinfektan untuk aksi sanitasi. Setelah disanitasi biarlah galian kolam
itu sepanjang tiga hari.
Gunakan terpal seluas
galian yang kita buat, lebihkan terpal selebar 50 cm di tiap-tiap segi galian.
Untuk menahan terpal yang bakal di isi air jadi kolam dapat menimbunnya dengan
tanah atau dipancang dengan kayu. Terpal yang dipakai yaitu terpal yang bisa
bertahan sepanjang 3 bulan dalam rendaman air misalnya ; terpal tenda atau
terpal plastik kaca tidak tipis.
Untuk bikin air awal kolam terpal ini ada dua
langkah yaitu :
1.
Air awal yang
mengandung banyak plankton didapatkan dari kolam khusus untuk pembuatan air
plankton, caranya selain membuat galian untuk kolam terpal kita juga membuat
satu kolam tanah khusus untuk membuat air yang mengandung banyak plankton
dengan cara pemupukan. Adapun langkah-langkahnya: buat galian kolam dari tanah
seluas yang diperlukan, isi kolam tersebut dengan kompos sapid an biarkan
selama 3 hari. Selanjutnya isi kolam tersebut dengan air bersih (jangan air
PDAM) dan biarkan kurang lebih selama seminggu hingga air berubah menjadi
kehijauan (artinya duah banyak plankton untuk pakan ikan lele nantinya). Air
inilah yang dikuras dan dipindahkan ke kolam terpal.
2.
Cara kedua, membuat
air plankton langsung di kolam terpal ikan lele. Caranya setelah terpal
dipasang isi dengan kompos sapi (feces sapi), biarkan selama 3 hari,
selanjutnya isi air bersih. Biarkan kolam terpal selama seminggu baru
dimasukkan bibit lele.
Dari ke-2 langkah
pemupukan kolam terpal di atas maka untuk ikan lele langkah
yang terbaik yaitu langkah pertama yaitu lakukan pemupukan air di kolam
terpisah. Hal semacam ini barangkali lantaran plankton cuma baik untuk konsumsi bibit ikan lele, sedang untuk lele yang telah besar
tambah baik memakai pakan pelet. Berikan atap pada kolam ikan lele benar-benar
disarankan, hal semacam ini untuk hindari kontaminasi air hujan yg tidak baik
untuk perkembangan ikan lele lantaran air hujan memiliki kandungan asam.
obat alami untuk ikan lele
Dalam budidaya ikan lele kematian ikan yang
tidak wajar menyebabkan kegagalan bagi peternak lele yang semua itu dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
1. kematian
lele dalam jumlah besar,
2. pencurian,
3. dimangsa
oleh hewan predator,
4. benih
lele yang kurang baik/super,
5. harga
jual yang murah,
6. serta
harga pakan yang terus naik dengan tidak diimbangi harga jual lele.
Keenam
hal ini jika tidak dicermati dan diperhatikan, akan menjadi momok bagi peternak
ikan lele (apalagi bagi pemula). Di sini kami akan memberikan sedikit
pengalaman yang kami peroleh setelah kami berusaha membudidayakan ikan lele.
Langsung saja tanpa berlama-lama, pencegahan dan pengobatan yang kami lakukan
menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia dialam dan bisa didapat secara
gratis (tidak memerlukan biaya).
Untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit kami menggunakan :
1. garam
2. mengkudu
3. daun
pepaya
4. daun
sirih
5. arang
6. bawang
putih
Sebelum
kita mempelajari khasiat dari bahan alami tersebut, kita perlu mengetahui bahwa
penyakit pada ikan lele biasanya ditimbulkan dari perubahan suhu dan iklim
secara ekstrim. Selain itu, faktor lingkungan dan pengetahuan yang kurang mengenai
pembudidayaan ikan lele juga menjadi pemicu kegagalan dalam menggeluti usaha
ini.
Faktor
lingkungan meliputi:
1. Suasana
kolam yang terlalu teduh atau terlalu panas
2. Lingkungan
sekitar kolam yang kotor/ becek atau ditumbuhi semak belukar
3. Suasana
sekitar kolam yang terlalu bising
4. Penggunaan
air yang sudah tercemari bahan kimia berbahaya
5. Banyak
predator yang sering masuk kelingkungan kolam(burung, ayam, kelelawar, ular,
entok/bebek)
6. Udara
disekitar kolam yang kurang sehat(udara yang tercemar zat berbahaya)
7. Air
kolam berlumut dan banyak daun serta ranting yang masuk kedalam kolam
Faktor
kurangnya pengetahuan:
1. Ikan
lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yeng bersifat karnivora, sehingga
menjadi kanibal jika tidak tepat waktu penyortiran/penyeleksian dan jika
pemberian pakan yang tidak cukup dan merata
2. Ukuran
kolam yang kurang ideal untuk ukuran kolam pembenihan dan kolam
pembesaran
3. Ketinggian
air dalam kolam pembenihan ataupun pada kolam pembesaran
4. Kepadatan
benih ikan lele yang tidak disesuaikan dengan ukuran kolam dan ketinggian
air
5. Sirkulasi
air dalam kolam yang kurang terjaga dengan baik
6. Pemilihan
waktu yang kurang tepat saat pemberian pakan
7. Penggunaan
pakan buatan/pabrik yang kurang bergizi serta tidak disesuaikan dengan ukuran
ikan lele
8. Pemberian
pakan buatan/pabrik tidak cukup merata bahkan secara berlebihan dan tidak habis
dimakan oleh ikan lele
9. Penggunaan
alat-alat penunjang seperti seser, bak, alat sortir, ember, dsb yang kurang
steril
10. Pemilihan indukan yang kurang
sehat dan berkwalitas dalam proses pemijahan serta pemilihan bibit yang tidak
super dalam proses pembesaran
Ada tiga usaha pencegahan dalam budi daya lele, yaitu :
A. Pencegahan
Terhadap Bibit Penyakit
Penanganan sederhana seperti
ini jauh lebih mudah, efisien, dan efektif daripada harus mengobati ikan yang
sudah terserang penyakit. Berikut ini langkah-langkah pencegahan agar tele
terhindar dari bibit penyakit.
1. Sterilkan kolam pada tahap awal budi daya menggunakan
sabun cud cair, lalu rendam dengan kaporit. Bilas dengan air hingga bersih.
2. Rendam langsung bibit yang baru ditebar ke dalam kolam
pembesaran yang telah diberi garam. Misalnya, untuk kolam berukuran 2 x 3 x 0,6
in dengan ketinggian air 1015 cm, cukup diberi 2-3 genggam garam dapur.
3. Jaga agar air kolam tetap bersih dengan mengganti air
secara rutin.
4. Hindari pemberian pakan yang berlebihan. Hindari
membeli bibit yang sudah terserang penyakit.
5. Hindari penggunaan alat bantu budi daya yang tercemar
penyakit. Sebaiknya, rendam peralatan tersebut dalam larutan kaporit selama
semalam sebelum digunakan.
6. Cuci dan bilas peralatan hingga bersih, sebelum
digunakan kembali. Kuras dan cuci kolam pada setiap akhir panen menggunakan
sabun cuci cair, lalu rendam dengan larutan kaporit selama semalam. Bilas
dengan air hingga bersih sebelum digunankan kembali.
B. Menjaga Kualitas Air
Untuk menjaga agar kolam
steril dari bibit penyakit, setiap akhir panen kuras kolam secara total.
1. Cuci dan sikat menggunakan sabun cair, karena sabun
ini memiliki daya bersih yang lebih tinggi dibandingkan sabun lainnya. Setelah
selesai, bilas kolam dengan air bersih, hingga bau sabun hilang. Sementara itu,
untuk meningkatkan sanitasi kolam dan membunuh berbagai bibit penyakit, rendam
kolam menggunakan kaporit.
2. Untuk kolam berukuran 2 x 3 m dengan ketingian air
10-15 cm, cukup menggunakan 2-3 genggam kaporit. Selain harganya yang murah,
kaporit bisa digunakan beberapa kali. Lama perendaman kolam dengan kaporit
cukup satu malam.
C. Pencegahan Agar Bibit Penyakit Tidak
Menular
Metode pencegahan yang
disarankan adalah menggunakan metode pengobatan sederhana dan murah yang selama
ini telah diaplikasikan petani tradisional.
Selain mudah dan murah, cara
ini tidak kalah efektifnya jika dibandingkan dengan menggunakan antibiotik
kimiawi, seperti larutan meachytin green (MG), teracytin, atau kernicytin. Metoda
yang dianjurkan tersebut seperti diuraikan di bawah ini.
1. Pengobatan
Sederhana dan Murah Penyakit (Bintik Putih, Karat, dan Kumis Keriting)
· Pindahkan ikan yang masih sehat ke kolam penannpungan
sementara.
· Kuras kolam dan buang seluruh bibit yang sakit atau
mati.
· Untuk membunuh bibit penyakit yang mungkin masih
menempel di kolam, rendam kolam setinggi air yang dibuang.
· Larutkan 25 mg kaporit ke dalam 1 liter air, lalu
tambahkan ke dalam kolam. Biarkan selama semalam.
· Kuras kembali kolam dan bilas dengan air bersih. Isi
kembali kolam dengan air besih hingga ketinggian 10-15 Cm.
· Pindahkan kembali bibit dari kolam penampungan
sementara ke kolam pembesaran. Rendam bibit lele dengan farutan garam dapur.
· Untuk kolam berukuran 2 x 3 rn, cukup diberi 2-3
genggam garam dapur. Tambahkan tumbukan daun pepaya secukupnya ke dalam kolam
ikan yang terkena penyakit.
· Lakukan pengobatan selama 3 hari dan ganti air setiap
hari.
2. Pengobatan
Penyakit Busung
· Pindahkan lele yang masih sehat ke kolam penampunngan
sementara.
· Kuras kolam dan buang seluruh bibit yang sakit atau
coati.
· Agar kotoran atau bibit penyakit yang disebabkan lele
yang mati bisa hilang, sikat dan bersihkan kolam menggunakan detergen.
· Bilas hingga bersih. Isi kembali kolam dengan air
besih setinggi 10-15 cm.
· Pindahkan kembali bibit lele yang masih sehat ke kolam
pembesaran. Taburkan garam dapur ke dalam kolam untuk rnembunuh bibit penyakit
yang mungkin akan muncul akibat lele mati terserang penyakit kembung.
Tambahan
:
Obat
Alami Penyakit Gantung Pada Ikan Lele
Biasanya
kalau ikan lele peliharaan anda mengalami gantung seperti berdiri itu berarti
ikan anda kena penyakit kalau tidak segera di obati maka akan bisa
mengakibatkan kematian pada ikan, saya pernah mengalami hal tersebut segera
saya obati ikan saya dengan buah mengkudu caranya:
1. Siapkan
buah mengkudu yang telah masak
2. Remas-remas kemudian lemparkan
ke kolam
2. Biarkan
beberapa saat sampai buah mengkudu tersebut menyatu dengan air kolam anda
3. Tunggu khasiatnya beberapa jam sampai ikan peliharaan anda sembuh.
mantap infonya
BalasHapus